MEMBANGUN RASA PECAYA DIRI PADA ANAK
Pernahkah anda perhatikan anak mengalami hambatan karena dilanda rasa cemas, takut, tubuh gemetar, was-was (kuatir), tak yakin ketika anak dihadapkan pada suatu kegiatan atau anak hendak melakukan sesuatu?. Wajah anak menunjukan roman tidak berdaya dan ketakutan, padahal dirinya belum melakukan apapun. Gejala-gejala ini tidak hanya menghinggapi anak, akan tetapi pada semua orang yang tidak memiliki rasa percaya diri. Lalu, apa itu percaya diri?
A. Apa itu Percaya Diri?
Percaya diri atau self confidence merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, sebab dengan percaya diri seseorang dapat mengaktualisasikan segala potensi dirinya.
Menurut Elly Risman dalam buku Heni Puspitarini (2014:6) rasa percaya diri berkaitan dengan rasa nyaman sesesorang tentang dirinya sendiri dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana anak merespons berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya.
B. Mengapa Anak Perlu Memiliki Rasa Percaya Diri?
Memiliki percaya diri dapat meminimalisir rasa takut menjalani hidup, masalah dapat diselesaikan dengan mudah, terlebih bisa membuat orang lain senang meilhatnya. Percaya diri dianggap sebagai kondisi psikologis atau sesuatu yang urgent dimiliki setiap individu, baik anak-anak maupun orang dewasa, secara individual maupun berkelompok untuk menjalani kehidupan. Percaya diri juga dinilai sebagai pondasi sikap yang dapat menumbuhkan kemandirian anak, lebih luas lagi percaya diri dapat merangsang anak menggali potensi dan kemampuan dirinya. Oleh sebab itu penting bagi kita sebagai orangtua untuk mengambil peran menumbuhkan rasa percaya diri anak.
C. Siapa Sajakah yang Berperan Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak?
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang paling bertanggung jawab membentuk karkter anak. Sebab melalui lingkungan keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan saudara-saudaranya anak mengisi masa golden agenya, yakni hingga usia 5 tahun. Di dalam keluarga anak belajar berbagai hal antara lain melalui imitasi (meniru), melalukan sesuatu, mecoba dan mengalami.
2. Guru dan Teman Sebaya
Sekolah juga turut memberi peran dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Pendidikan anak usia dini yang sudah banyak berkembang di masyarakat, misalnya Penitipan Anak (Day Care) Kelompok Bermain (Play Group), Taman Kanak-kanak merupakan beberap diantaranya. Di dalam lingkungan ini selain anak belajar mengenal bagaimana lingkungan formal sekolah, anak juga mengalami interaksi dengan teman sebayanya dengan gurunya serta memiliki teman.
Lingkungan ini menyediakan sesuatu yang dibutuhkan anak, dan anak akan memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungannya. Guru sebagai orang dewasa berperan melatih, menjelaskan, mengoreksi anak, serta menunjukan hal baru pada anak, membantu anak terlibat dan mendorong anak untuk mencoba dan mengalami.
D. Kapan Sebaiknya Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak?
Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya, begitupun menanamkan rasa percaya diri anak adalah proses bertahap. Proses ini tidak langsung sekaligus, akan tetapi membutuhkan tahapan- tahapan kecil.
Seiring anak tumbuh, terkadang rasa percaya diri anak terkikis oleh hal-hal yang tidak kita sadari. Misalnya, sesuatu yang kita anggap sebagai lelucon bisa menghilangkan rasa percaya diri anak. Contohnya ketika anak perempuan sedang asyik bermain merias wajahnya dengan make up, orang-orang disekitarnya spontan berkomentar atau menertawakan “apa sih dek kamu kayak badut itu wajahnya”. Mungkin terdengar sebagai lelucon, namun bagi anak bisa saja hal tersebut membuatnya merasa bahwa hal yang diakukannya tidak benar dan tidak boleh diakukannya lagi. Terkadang hal-hal kecil dapat melekat pada anak, sesuatu yang kita anggap sepele, lelucon bagi anak bisa saja adalah hal yang terus diingatnya.
E. Bagaimana Cara Menumbuhkan Percaya Diri Pada Anak?
1. Menghargai Usaha Anak
Saat tumbuh dewasa, proses jauh lebih berharga disbanding hasil. Jadi, tidak peduli anak keluar sebagai pemenang atau tak mendapat gelar juara sama sekali,tetap berikan apresiasi pada anak atas usahanya. Mengutip kata Pickhardt, “anak -anak seharusnya tidak perlu merasa malu karena telah berusaha, dalam jangka panjang berusaha secara terus menerus akan membangun lebih banyak kepercayaan diri dibandingkan hanya bekerja dengan baik sesekali”.
2. Mengajarkan Anak Menyelesaikan Masalahnya Sendiri
Jika orangtua selalu mengambil alih pekerjaan sulit yang dihadapi anak, anak tidak akan bisa mengembangkan kemampuan dan kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan masalah. Sesekali biarkan anak bertanggung jawab menyelesaikan apa yang seharusnya dikerjakannya.
3. Biarkan Anak Bersikap Sesuai Usianya
Jangan pernah menuntut anak bersikap lebih dewasa ari usianya, karena hal tersebut tentu berat bagi anak. Jangan menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap anak melebihi usia anak. Bila anak takut gagal karena kuatir mengecewakan orangtua, maka ia tidak akan pernah berani mencoba hal baru.
4. Hindari Mengkritisi Penampilan Fisik Anak
Mengkritisi penampilan anak adalah cara tercepat mematikan rasa percaya diri anak. Berikan feedback yang positif dan saran yang membangun atas penampilannya. Jangan pernah mengatakan apa yang dilakukan anak jelek atau buruk,
5. Memberi Pujian Ketika Anak Berhasil Melewati Kesulitan
Kita tahu betul bahwa segala sesuatu di dalam hidup tidak mudah. Karena itu, saat anak mengalami kesulitan, sebisa mungkin berikan pengertian bahw amenaklukan berbagai rintangan akan memberikan kegembiraan saat berhasil melewatinya.
6. Tidak Berlaku Kasar atau Memojokan Anak
Hindari memberi sikap reaktif seperti berkata kasar, makian, marah, memvonis, mencubit, membandingkan bahkan meremehkan terhadap anak yang bermasalah dengan kepercayaan dirinya. Kita tahu bahwa bahwa anak sudah sangat tertekan dengan beban yang dihadapinya, selain itu anak akan terpengaruh dengan ucapan kita dan menilai buruk dirinya.
7. Gali Letak Kelemahan Anak
Jalin komunikasi dengan anak, apa yang dia suka dan tida sukai, berikan dukungan emosional pada anak dan tunjukan sikap sedia mendengarkan apa yang dirasakan oleh anak.
8. Membantu Anak Mengenal Dirinya Secara Positif
Terakhir support dari semua stakeholder (keluarga, teman, guru) sangat penting membangun percaya diri anak. Kita harus mampu menggugah kesadaran anak, bahwa dia memiliki kekuatan dan sesuatu yang membanggakan.